Posted in Brothership, Comedy, Fanfiction, HaeSSo, Sad, Schoolife, Soft Romance

[FF] My Endless Angel – Chapter 1

My Endless Angel - Chapter 1

Author : Elfira

Main Cast : Yesung a.k.a Kim Jong Woon, Kim Soeun.

Co-cast : Lee Donghae, Lee Hyuk Jae a.k.a Eunhyuk, Kim Young Woon a.k.a Kangin

Genre : Schoolife, comedy, soft romance, sad.

Length : Chapter

Rated : PG 13

Disclaimer : FF ini murni buatan author tanpa ada unsur saduran atau jiplakan. Kesamaan tokoh atau karakter, atau jalan cerita hanya kebetulan semata. Seluruh cast milik Tuhan, keluarganya, dirinya sendiri, dan milik author sebagian XD Typos everywhere.

Chapter 1, “The Search of You.”

Disini, di sekolah ini, saat melihatmu, semua tentang aku, kau, dan dunia ini, dimulai.

The story is begin~

—-u—-

“Kalu tidak percaya, yasudah!” ucap Yesung kesal lalu mempercepat langkahnya. Sudah sekitar 25 menit ia berdebat dengan kedua teman sebayanya yang kini mengangkat bahu tak mengerti dengan sikapnya. Susah payah ia meyakinkan kedua lelaki ini untuk percaya bahwa peri, bidadari, malaikat bersayap putih dan sebagainya itu benar ada. Namun keduanya tetap saja tak percaya.

“Sifat anehnya kambuh lagi,” bisik salah satu pemuda berambut cokelat dan berahang tegas ke teman di sebelahnya yang memakai topi kasual. Keduanya, keren!

“Eh, mau kemana dia?” ucap Eunhyuk-lelaki bertopi-sambil menunjuk Yesung yang berjalan melewati lapangan basket di sekolahnya itu.

Tidak. Sangat tidak mungkin Yesung akan mengambil bola dan melemparnya ke ring sebagai tanda kesalnya, karena itu adalah salah satu kelemahannya. Itulah yang menjadi pertanyaan kini, untuk apa ia kesana.

“Ah!” pekik Yesung sesaat sebelum ia jatuh dan tak sadarkan diri. Donghae-lelaki berambut cokelat-dan Eunhyuk pun segera mengambil langkah seribu untuk mendekati Yesung yang sudah terkapar di lapangan basket karena bola yang mengenai kepalanya.

“Ya! Lihatlah kemana kalian akan melempar bola! Dia ini manusia, bukan ring! Baboya!” teriak Donghae pada anak-anak lelaki yang tak sedikitpun merasa menyesal telah melukai Yesung.

“Dia yang bodoh. Kami sedang bermain, siapa yang menyuruhnya lewat disini? Dan dia hanya terkena bola, bukan batu, tapi pingsan. Laki-laki lemah macam apa itu, hah?” teriak salah satu anak lelaki yang mengikatkan sehelai kain di kepalanya yang nyaris botak.

“Ya! NEO! Kau mau mati—”

“Sudahlah! Bantu aku mengantarnya ke UKS, Donghae-ya!” Kalau saja Eunhyuk tak menghentikan Donghae, mungkin akan terjadi sebuah pertarungan sengit di sekolah ini pagi ini.

Dengan berat hati, Donghae membantu Eunhyuk mengangkat Yesung yang bahkan tak lebih berat daripada Eunhyuk. Namun begitu, Donghae masih saja melempar tatapan sinisnya dari sudut matanya yang tajam pada anak lelaki sok cool tadi.

“Sebenarnya, aku rasa memang orang ini yang bodoh. Apa dia tidak tahu lapangan selalu ramai saat jam istirahat oleh geng sialan itu?” gumam Eunhyuk yang masih tergopoh mengangkat Yesung. Donghae mengangguk kecil. Jelas dia masih tak suka jawaban sang anak lelaki di lapangan tadi. Ia memang pribadi yang akan benar-benar marah saat sahabatnya terluka. Walaupun Yesung adalah lelaki teraneh yang pernah ia temui, tapi ia tetap menganggapnya sebagai sahabat. Begitu juga Eunhyuk.

Ting Ting Ting!

“Ah! Bagaimana ini, Hae-ah? Nenek sihir matematika akan masuk!“ Eunhyuk mulai panik saat bel masuk berbunyi sementara ia baru saja sampai di UKS sekolahnya. Donghae juga mulai panik. Awalnya mereka berniat meninggalkan Yseung sendirian di UKS yang kosong itu, sampai seseorang masuk ke ruangan itu.

“Kalian, masuklah. Bel sudah berbunyi, kan?” ucap wanita itu.

“Ta-tapi—“ Donghae berhenti berbicara setelah Eunhyuk menyenggol lengannya.

“Apakah Seonsaengnim akan merawat Yesung sampai ia sadar?” tanya Eunhyuk berharap jawabannya adalah benar.

“Hmm, tidak juga. Aku ada kelas setengah jam lagi. Mungkin Aku akan meninggalkannya juga.”

“APA?!” teriak Donghae membuat semua orang di ruangan itu-kecuali Yesung-terkejut.

“Baiklah, Seonsaengnim. Kami permisi.” Eunhyuk menunduk, lalu menarik tangan Donghae untuk keluar kelas. Donghae tentu sangat tidak setuju pada keputusan Eunhyuk, namun apa daya. Ia hanya bisa berdoa agar sahabatnya itu lekas sembuh.

—u—

“Aah…,” lirih Yesung sambil memegang kepalanya yang masih sedikit pusing. Perlahan, ia membuka matanya. Mendapati langit-langit bercat putih dengan stiker berbentuk awan berwarna kebiru-biruan yang tertempel di sana. Yesung lalu mencoba duduk, dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tiba-tiba, ia terlonjak kaget saat mendapati seorang gadis berambut hitam sebahu yang teruai lepas sedang membelakanginya. Sepertinya ia sedang sibuk dengan lemari yang ada di hadapannya.

“S-ss… siapa kau?” tanya Yesung tergagap. Takut-takut saat gadis itu berbalik ia malah mendapati wajah seram berlumuran darah seperti yang ia tonton di film-film. Tapi, ia salah. Gadis itu berbalik. Tak ada wajah berumuran darah penuh luka, yang ada hanya wajah manis gadis usia 17 tahunan. Poni hitamnya menutupi sedikit mata kanannya yang teduh dan berbinar. Bulu mata yang lentik pun menghiasi mata hitam indah miliknya.

“Ooh, kau sudah sadar?” Yesung hanya terdiam. Ia masih terpana melihat sosok gadis yang mirip malaikat yang selalu ia impikan. Dan yang terakhir, peri yang ia ceritakan pada dua sahabatnya yang keras kepala itu.

“K-kenapa menatapku seperti itu?” Gadis itu bingung dengan tatapan Yesung. Yesung menyadarinya, lalu berhenti menyusuri tiap garis di wajah gadis manis itu.

“Oh, tidak, tidak. Tapi… kenapa aku disini?” Bagai seorang yang baru saja amnesia, Yesung tak ingat dan bahkan tak tahu ia sekarang berada dimana.

“Kau terjatuh dan pingsan di lapangan basket tadi pagi. Kau baru sadar setelah empat jam di sini.” Yesung kembali melihat sekeliling. Berbagai poster kesehatan dan slogan-slogan menyadakannya bahwa ia sedang berada di UKS. Tiba-tiba ia ingat kejadian yang ia alami tadi pagi. Seketika, ia memegang kepalanya yang kembali terasa pusing dan sedikit sakit.

“Kau tidak apa-apa?” Gadis itu lalu mendekati Yesung. Ia kembali menidurkan Yesung ke tempat tidur yang tampak nyaman itu. Yesung hanya menurut.

“Kepalamu sedikit memar, tapi aku sudah mengoleskan obat. Tinggal memakaikan—“

“Kau… malaikat, kan?” Gadis itu terdiam. Ia tak mengerti dengan maksud pertanyaan Yesung barusan.

“A-apa? Malaikat?” “Iya. Kau pasti malaikat atau peri yang sering kuceritakan itu, kan? Aku tahu, kau datang untuk membuat Donghae dan Eunhyuk percaya bahwa kau itu benar ada. Benar, kan?”

“Aku… aku bukan. Aku bukan seperti itu.” Sang gadis tergagap menjawab pernyataan sepihak Yesung.

“Tidak! Kau bohong! Kau pasti, pasti malaikat! Atau peri!” Yesung semakin memperkuat kepercayaannya.

“Maaf, tapi aku bukan seperti yang kau kira.” Yesung terdiam. Ia mengalihkan pandangannya pada dinding di sebelahnya. Ia yakin tebakannya benar, tapi gadis itu terus membantahnya.

Sementara itu, sang gadis mungkin merasa bersalah pada Yesung. Dia memang aneh, dengan sesukanya mengatakan gadis ini adalah seorang malaikat, atau seorang peri. Spontan saja, sang gadis langsung mengelak. Ia lalu melankah kembali ke sebuah lemari di sudut ruangan. Membukanya, lalu mengambil sebuah kotak dan membawanya ke meja di seberang tempat tidur Yesung.

“Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?” tanya gadis itu dengan suara pelan. Yesung mulai berpikir untuk jawaban dari pertanyaan itu. Ia menolehkan kepalanya, menatap gadis yang mengeluarkan beberapa obat dan perangkat UKS lainnya. Untuk beberapa saat, tatapan mereka beradu. Yesung seakan tak bisa melepas matanya untuk menatap mata hitam bulat yang seolah bercahaya itu.

“Aku… tidak tahu. Tapi firasatku mengatakan seperti itu.” Yesung kembali menatap langit-langit dengan awan biru. Sementara, tangan gadis itu berhenti bekerja.

“Maafkan aku. Tapi, adakah seorang peri yang memakai seragam?” Pertanyaan itu membuat Yesung menoleh kembali ke arah sang gadis. Seragam sekolah untuk siswi. Lengkap dengan jas coklat dan dasi kotak-kotak. Yesung terhenyak.

“Maaf.” Gadis itu kembali meminta maaf. Yesung mengambil posisi duduk, namun pandangannya terus menerawang. Sulit mendefenisikan perasaannya saat ini. Melihat itu, Si gadis berjalan mendekati Yesung sambil membawa segulung perban.

“Aku akan memakaikan perbannya.” Gadis itu pun lalu mulai melilitkan perban ke sekeliling kepala Yesung. Jarak antara mereka tak sampai 30 sentimeter. Dalam jarak sedekat itu, Yesung bisa merasakan wangi yang belum pernah ia cium sebelumnya. Soft lavender,wangi yang begitu lembut. Dengan refleks, Yesung menolehkan kepalanya ke samping, tepat sejajar dengan gadis itu. Yesung menatap matanya dalam, membuktikan bahwa benar gadis dihadapannnya itu adalah seorang malaikat.

Tatapan tiba-tiba itu membuat gadis putih ini terkejut. Selama beberapa detik, ia membiarkan Yesung menatap matanya. Namun, ia segera mengalihkan pandangannya ke perban yang belum selesai ia rekatkan. Ia kembali sibuk merekatkan perban, sementara esung masih sibuk menatap.

“Sudah. Kau boleh beristirahat lagi.” Mendengar itu, Yesung langsung menggenggam tangan si gadis yang hendak berbalik.

“Kau, akan pergi? Kenapa tidak tinggal?”

“Aku? Aku akan kembali ke kelas.”

“Jangan! Jangan tinggalkan aku. Tetaplah disini.” Yesung memohon. Namun, dengan berat hati gadis itu harus menolaknya.

“Maaf, tapi, tugasku sudah selesai. Lagipula, aku sudah disini sejak empat jam yang lalu. Maafkan aku,” ucapnya dengan nada sedih. Perlahan, genggaman Yesung terlepas. Gadis itu merasa bersalah melihat ekspresi sedih Yesung. Namun, apa boleh buat. Ia harus pergi.

Gadis itu pun mengemas barang-barang di meja lalu memasukkannya ke lemari kembali. Selama itu juga, Yesung hanya diam menatap ke satu arah dengan tatapan sedih. Ia tak ingin gadis yang dianggapnya malaikat itu pergi secepat ini.

“Beristirahatlah dengan baik. Aku pergi.” Gadis itu pun melangkah menuju pintu keluar. Namun, langkahnya terhenti saat Yesung berucap dengan sedikit berteriak.

“Tunggu! Boleh aku tahu namamu?” Gadis itu terdiam. Ia sama sekali tak berniat memberitahu namanya pada seorang anak lelaki yang baru saja ia kenal ini.

“A-aku… Kau tidak perlu tahu namaku.” Gadis itu kembali melangkah.

“Baiklah, kalau kau tidak mau memberitahu namamu. Kau akan kupanggil… ‘malaikatku’!” teriak Yesung. Gadis itu mendengar, namun tidak merespon. Setelah sampai di pintu, ia keluar, dan kembali menutup pintu cokelat itu. Yesung menatap kepergian malaikatnya.

Secepat itukah?

Gadis itu berjalan dengan pikirannya yang penuh sesak dengan kata-kata ‘malaikatku’ tadi.

Maafkan aku. Aku bukan malaikat, atau seorang peri. Aku hanya gadis biasa yang tak diinginkan. Gadis yang tak pernah dianggap kehadirannya. Gadis yang tak satupun orang kenal. Gadis yang hidup sendiri. Itulah aku, Kim So Eun.  

  —u—

Eunhyuk menghela nafas. Ia bosan mendengar cerita yang dianggapnya tak mungkin dari mulut seorang yang akrab ia sapa Yesung ini. Tadi pagi, Yesung baru saja menceritakan tentang malaikat yang benar-benar ada. Dan kini, bahkan setelah ia jatuh dan pingsan, sahabatnya ini mengaku telah bertemu malaikat itu. Malaikat yang merawatnya selama ia tak sadarkan diri. Malaikat cantik bertubuh mungil, berkulit putih, bermata hitam dan berbinar.

“Aisshh… Sudahlah, Yesung-ah! Sampai kapanpun kau bercerita, kami tak akan percaya,” ucap Donghae yang mulai kesal.

“Tapi, untuk yang ini kalian harus percaya. Dia benar-benar ada. Dan, lihat ini!” Yesung menunjuk perban yang terlilit di kepalanya.

“Dia memakaikanku perban ini! Dia benar-benar malaikat yang baik! Dan dia benar-benar ada!” lanjut Yesung. Sejenak, Donghae dan Eunhyuk terdiam. Memikirkan sesuatu yang ganjal saat ini.

“Tapi, Hwang seongsaengnim bilang ia hanya menyelimuti Yesung, lalu ia kembali ke kelasnya. Beliau bilang itu 15 menit yang lalu.” Pernyataan Eunhyuk membuat Donghae dan Yesung menatap ke arahnya.

“Lalu, berarti bukan beliau yang merekatkan perban ini. Lalu, siapa?” ucap Donghae penasaran.

“NAH! SUDAH KUBILANG KAN KALAU DIA BENAR-BENAR ADA!” teriak Yesung membuat seluruh siswa yang berada di sekitar taman tempat mereka duduk menoleh ke arahnya.

“Aishh, kau ini. Aku pikir, mungkin memang ada seseorang. Mungkin dia petugas UKS yang sedang piket.” Eunhyuk mengangkat bahunya, menebak orang yang dimaksud Yesung sebagai malaikatnya itu.

“Mungkin Eunhyuk benar. Ah, Hyukkie-ah, kau benar-benar pintar!” ucap Donghae lalu mengelus kepala Eunhyuk.

“Tapi, aku sudah mengecek situs sekolah saat pelajaran komputer tadi. Dan, aku tak menemukan satupun foto murid yang mirip dengannya.”

“APA?! Kau mengecek semua foto murid di sekolah ini satu persatu?” pekik Donghae.

“Hmm, tidak juga. Hanya siswa perempuan saja.”

“Apa kau gila, hah? Jumlah siswa perempuan di sekolah ini jau lebih banyak ketimbang siswa laki-laki. Siswa perempuan berjumlah lebih dari 500 orang!” Donghae tampaknya sangat tak percaya akan apa yang Yesung lakukan. Kembali, mereka bertiga menjadi pusat perhatian dari siswa-siswa lain di SMA ini.

Ya! Apa yang sedang kalian lakukan, hah?” ucap seorang siswa laki-laki berambut pendek yang datang menghampiri tempat duduk ketiga anak ini. Ia teman sekelas ketiga anak ini.

“Kangin-ah! Kebetulan sekali kau datang! Bisakah kau gantikan posisiku untuk mendengar cerita malaikat milik Yesung ini?” ucap Eunhyuk.

“Malaikat? Ceritakan padaku!” Lelaki bernama Kangin itu pun mengambil tempat duduk di samping Eunhyuk, menghadap ke Yesung. Ia bersiap mendengar cerita dari Yesung kali ini. Walaupun ia tahu, manusia sejenis Yesung yang aneh dan suka menceritakan hal-hal yang tak masuk akal ini akan bercerita sesuka hatinya, namun ia selalu mendengarkannya. Ia tahu bahwa Donghae dan Eunhyuk sudah bosan karena terlalu sering mendengar hal-hal aneh dari cerita Yesung. Karena itu, sebagai teman baik, ia tak mau Yesung merasa tak ada yang akan mendengarnya lagi. Paling tidak, ia serasa mendengar dongeng yang sering dibacakan ibunya dulu sewaktu ia masih kecil.

Yesung pun mulai bercerita. Mulai dari wajah manis sang gadis, sampai langit-langit ruang UKS yang memiliki stiker awan biru.

“Tunggu. Kau bilang… stiker awan biru?” Yesung mengangguk pada Eunhyuk yang bertanya. Ia kembali memutar memorinya kemarin, saat ia ke UKS untuk mengambil obat sakit perut untuk Donghae. Saat itu, ia benar-benar merasa kepanasan, lalu ia mengecek pendingin ruangan yang terletak di salah satu sisi ruang UKS itu. Tak sengaja, ia melihat langit-langit UKS yang dihinggapi kupu-kupu yang terlihat tersesat. Ia pun dengan baik hati membukakan ventilasi dan membiarkan kupu-kupu itu terbang keluar. Dalam ingatannya itu, tak ada stiker ataupun benda lainnya berbentuk awan berwarna biru di langit-langit ruangan itu.

“Tapi, aku baru saja ke UKS kemarin. Tapi aku tak melihat apapun. Kau pasti salah lihat, Yesung-ah.”

“Tidak mungkin! Kalau tidak percaya, aku akan tunjukkan padamu saat ini juga.” Yesung berdiri, berniat menunjukkan pada sahabat-sahabatnya ini awan yang ia maksud.

  —u—

 “Aku tak melihat apapun. Mana awan itu?” Yesung benar-benar terkejut saat mendapati langit-langit atap ruangan UKS itu putih bersih. Tidak seperti yang ia lihat sebelumnya. Tak ada lagi awan berwarna kebiruan seperti beberapa jam yang lalu.

“Tapi.. aku benar-benar melihatnya tadi.”

“Kau pasti masih pusing karena benturan tadi pagi. Ayo kita pulang, dan kau istirahatlah yang banyak. Kau terlalu banyak berkhayal,” ucap Eunhyuk. Yesung masih saja terdiam menatap langit-langit UKS itu.

“Aaaah, perutku sakit lagi. Hyuk-ah, temani aku ke kamar kecil. Kajja!” Donghae menarik tangan Eunhyuk. Tinggallah Kangin dan Yesung di sana.

“Sudah kubilang dia benar-benar malaikat!” Kangin hanya diam. Ia tak sepenuhnys mengerti pada keyakinan Yesung sekarang.

“Aku belum pernah melihatnya sebelumnya di sekolah ini, dan dia bahkan tidak ada dalam daftar murid sekolah kita. Dan saat dia pergi,  awan biru itu pun ikut menghilang. Dia pasti malaikat yang turun dari langit. Dan awan biru itu, pasti sebagai tempatnya untuk turun dan kembali ke langit. Saat dia sudah pergi, dia pasti membawa awan itu bersamanya. Bukankah benar seperti itu, kan?” Kangin melongo mendengar pernyataan itu.

“Tapi, aku rasa semuanya tidak mungkin. Kau bilang tadi dia memakai seragam sekolah, kan?” Yesung mengangguk.

“Dia pasti murid sekolah ini juga,” ucap Kangin.

“Jika dia bukan murid sekolah ini, pasti dia hanya imajinasimu saja,” ucap Donghae dari kejauhan.

“Donghae-ya! Kau sudah tidak sakit perut lagi?” tanya Kangin.

“Tidak. Sakit perutku hilang sesaat setelah dia membuang gas di sembarang tempat,” ucap Donghae dengan wajah sedikit sebal sambil menunjuk Eunhyuk. Eunhyuk hanya nyengir tak jelas.

“Bahkan aku saja yang sakit perut tidak melakukannya. Seharusnya kau yang pergi ke kamar kecil, dasar…,” gerutu Donghae.

“Aku hanya tidak tahan. Tidak perlu marah, Donghae-ah,” ucapnya pelan dengan nada merayu. Membuat Donghae rasanya kembali sakit perut dan ingin muntah.

Sementara keributan itu terus berlanjut, Yesung masih sibuk dengan pikirannya. Ia yakin, gadis yang ia temui itu benar-benar seorang malaikat.

  —u—

“Gadis manis, tubuh mungil, mata hitam, rambut sebahu, poni menutupi sedikit mata kanan, kulit putih. Ah, siapa itu?” Kangin menghela napas. Bahkan ia sudah membawa Yesung ke seorang Kim Heechul. Siswa yang kenal  dan dikenali semua murid sekolahnya ini. Tapi, ia bahkan tidak tahu siapa gadis yang disebut Yesung sebagai malaikat itu.

“Mungkin dia… Kim Jung Ah! Atau Shin Sara! Atau Kim Hyesung!” tebak Heechul, menyebutkan siswi yang memiliki ciri-ciri mirip dengan gadis yang dimaksud Yesung. Dan, semuanya adalah gadis-gadis transetter di sekolah mereka ini.

“Tidak mungkin! Aku kenal mereka, dan gadis itu bukan mereka.”

“Aaah, aku merasa gagal menjadi pemecah rekor sebagai siswa yang menghafal seluruh nama dan kelas semua siswa di sekolah ini,” sesalnya sambil memukul kepalanya sendiri beberapa kali. Kangin yang melihat itu hanya menggeleng-geleng. Ia berpikir, mungkin benar apa yang Donghae katakan bahwa gadis itu hanya imajinasi Yesung. Atau mungkin, Yesung yang benar?     

Ah, lupakan saja….

Setelah kembali ke kelas, Kangin pun menceritakan hasil pertemuannya dengan Heechul tadi pada Donghae dan Eunhyuk. Mereka tampak kecewa dengan hasilnya. Bukan, mereka kecewa dengan ketidakadaan hasilnya.

“Lalu, bagaimana?” tanya Eunhyuk yang duduk di bangku sebelah Donghae. Donghae hanya mengangat bahunya seakan mengatakan “aku tidak tahu”, sementara angin masih sibuk berpikir.

“Ha! Aku punya ide!” ucap Kangin yang duduk di belakang Eunhyuk dan Donghae kegirangan.  Mereka pun merapatkan tubuh untuk mendengar rencana Kangin yang disampaikan melalui bisikan agar tidak terdengar oleh siswa lain di kelas itu.

Dua menit, tiga menit berlalu. Entah apa yang mereka bisikkan hingga memakan waktu selama itu. Siswa lain melihat mereka dengan tampang curiga. Bahkan seorang siswi yang begitu sinis menatap mereka bertiga sampai terlibat sebuah adu mulut dengan siswi lainnya karena ia tak sengaja menumpahkan jus yang sedang dipegangnya di baju siswi lainnya itu. Siswi yang aneh, begitu fokus untuk melempar tatapan sinis ke tiga orang ini hingga tak memperhatikan jalan.

DAEBAK!!!!!”  teriak  Donghae yang mengejutkan seluruh isi kelas. Jika di lebih-lebihkan, seluruh kaca bergetar, dan tulisan-tulisan di papan tulis pun ikut luntur karena teriakan itu.

“Aww…,” rintih Donghae saat sebuah jitakan mendarat tepat di kepalanya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Eunhyuk. Sahabat tersayangnya, yang ia jaga dan ia bela.

Sementara di kelas terjadi keributan, Yesung masih sibuk mengelilingi sekolah ini. Berharap ia kembali menemukan malaikatnya itu. Tapi, sudah 20 menit ia berjalan, tak seperti yang ia harapkan.     

Kemana kau pergi? Mengapa begitu cepat meninggalkanku?

—u—

“Kacau! Tak ada hasilnya!” ucap Donghae sebal sambil mengacak rambutnya frustasi. Rencananya tadi siang di sekolah bersama Kangin yaitu mendatangkan paranormal dan mengkonsultasikan Yesung memang tak ada hasilnya. Paranormal itu berkata bahwa Yesung baik-baik saja.

Gagal dengan paranormal, mereka membawa Yesung ke salah satu rumah sakit jiwa di Seoul. Tapi, sang dokter terus mengatakan bahwa Yesung normal dan dalam batas waras pada mereka yang sudah tidak percaya akan kenormalan yang Yesung miliki.Mungkin tindakan mereka yang sedikit tidak normal pada Yesung hingga membawanya ke rumah sakit jiwa. Entahlah. Sedangkan Yesung, ia adalah tipe orang yang mungkin paling penurut di seluruh dunia. Walau sedikit-atau bahkan sangat-aneh, Yesung tetaplah orang yang siapapun mengenalnya dengan dekat, ia akan sayang padanya.

“Bagaimana kalau aku saja?” ucap Kangin.

“Apa yang akan kau lakukan?” Kangin tersenyum simpul, lalu mulai membisikkan sesuatu pada Eunhyuk dan Donghae.

“Aku… tidak yakin pada idemu itu,” ujar Eunhyuk tampak sedikit tak percaya. Entah ide gila apa lagi yang sedang mereka bicarakan saat ini.

“Tapi, apa salahnya mencoba, kan? Siapa tahu, cara ini berhasil?” Kangin mencoba meyakinkan kedua teman di hadapannya ini. Dengan sedikit berat hati, keduanya pun mengangguk menyetujui usul Kangin.

Selama beberapa menit, Donghae naik ke lantai atas rumahnya dan membawa Yesung turun ke halaman belakang. Memang, Yesung, Eunhyuk, dan Kangin sedang menginap di rumah Donghae untuk alasan ‘menyembuhkan Yesung’ kali ini. Sementara itu, Kangin tampak sudah bersiap duduk dengan posisi bersila di atas sebuah karpet merah hati yang di bentangkan tepat di bawah cahaya bulan malam ini. Tak hanya itu, Kangin sudah memakai berbagai atribut khas seorang ‘dukun’ di Indonesia. Baju dan celana hitam, beberapa gelang kayu di pergelangan tangan kanan dan kirinya, bel-bel yang terhubung di tali juga sudah terikat di pergelangan kaki kananya. Sementara kepalanya sudah dihiasi sebuah topi berbentuk aneh berwarna coklat.

“Ada apa? Kenapa kau jadi seperti itu?” Yesung terheran dengan dandanan Kangin yang begitu asing dimatanya. Tapi, tanpa basa-basi, Eunhyuk langsung menarik tangannya dan menyeretnya beberapa langkah mundur, tepat di samping meja di teras halaman belakang rumah Donghae itu. Lalu mereka mulai memasangkan berbagai pakaian yang senada dengan yang dipakai Kangin.

“Ini adalah ritual untuk menjernihkan pikiranmu, Yesung-ah. Kau harus mengikutinya…,” jawab Kangin dengan nada slowmotion, mirip paranormal yang ia temui tadi pagi.

Kangin mengaku pamannya adalah seorang yang bisa menyembuhkan penyakit-penyakit macam yang dialami Yesung ini, terlalu banyak berimajinasi. Ia juga mengatakan bahwa dia pernah belajar sedikit saat ia masih duduk di bangku SMP. Jadi, dengan kepercayaan dirinya yang tinggi, ia pikir ia bisa mempraktekannya sekarang. Intinya, ia juga tak percaya pada semua cerita Yesung tentang malaikatnya yang sudah pasti tidak mungkin itu.

Setelah selesai memasangkan berbagai benda aneh, Eunhyuk menyuruh Yesung untuk duduk di hadapan Kangin yang sudah memejamkan matanya sejak 15 menit yang lalu. Bukan tidur, tapi untuk berkonsentrasi, katanya. Kangin pun memulai ritualnya dengan menyebut berbagai  mantra-mantra tak jelas. Sesaat Yesung menyipit jijik, melihat Kangin yang tak sengaja muncrat dengan segala mantra-mantranya yang tak kalah anehnya dengan Yesung.

“%&@*(@^#$%*@^%@)#*^. Sudah. Kau bisa membuka matamu sekarang,” ucap Kangin perlahan, menirukan logat pamannya yang diakuinya sebagai seorang yang sakti.

“Siapa yang menutup mata?” Kangin terkejut mendengar ucapan Yesung itu.

“Jadi, kau tak menutup mata selama ritual berlangsung?” Yesung menggeleng, namun gelengan itu tak dilihat oleh Kangin yang masih memejamkan matanya.

“Tidak, kau tidak bilang dia harus menutup matanya tadi,” sambar Donghae yang duduk di dekat pintu.

“AP— Aaah!” Kangin yang tadinya ingin membuat ekspresi tak percaya tiba-tiba terkejut setelah ia membuka matanya. Ia sangat terkejut melihat tampang Yesung yang lebih mirip hantu di drama-drama korea.

“Apa yang kalian lakukan padanya, hah?” teriak Kangin yang merasa dikerjai.

“Tidak ada. Aku menemukan kotak itu di atas pakaian untuk Yesung. Jadi, kupikir aku harus memakaikannya. Jadi, ya aku pakaikan. Bukankah itu bagian dari ritual?” jawab Eunhyuk dengan begitu polosnya.

“RITUAL RITUAL, KALIAN MEMBUATKU TERKEJUT!” Bagaimana tidak, coretan-coretan hitam dan putih telah memenuhi seluruh wajah Yesung. Lingkaran hitam di sekeliling matanya pun tak membuatnya lucu seperti panda, malah menambah kesan seram pada wajahnya. Bahkan, bibirnya pun kini telah  berubah sehitam arang dari batok kelapa yang dibakar dan seputih susu yang baru di peras, tepatnya, belang seperti zebra.

“Yaa, mana kutahu.” Sebuah jitakan tepat mendarat di kepala Eunhyuk setelah mengucapkannya. Setelah itu, ia sibuk menggerutu sendiri.

“Aissh, jadi bagaimana? Apa ritualnya berhasil?” Donghae berharap ritual ini benar-benar dapat menyembuhkan Yesung dari sakit yang ia derita. Entah sakit apa. Kangin menghela nafas, lalu duduk di sebelah Donghae sambil menatap Yesung ang sibuk dengan setangkai bunga untuk ritual tadi.

“Entahlah. Coba kau tanya dia, mungkin dia sudah lupa tentang malaikat itu.” Donghae mengangguk lalu berjalan dan duduk di samping Yesung.

“Yesung-ah, apa kau tahu awan berwarna apa?”

“Biru! Mungkin kebiruan seperti yang dimiliki oleh malaikatku! Awan yang sangat cantik, kan?” Donghae, Kangin, dan Eunhyuk mendesah bersamaan.

“Tidak berhasil juga,” keluh Eunhyuk lalu membaringkan tubuhnya di lantai teras.

“Mungkin karena dia tak menutup matanya saat ritual, jadi ritualnya tidak berhasil.”   “

TIDAK! Apa kau berniat mengulangi ritual itu lagi? Hasilnya akan sama saja! Aah, ini tak ada gunanya!” Donghae mendesah lagi, lalu mengikuti

Eunhyuk membaringkan tubuhnya di atas karpet dan menghadap ke langit. Sementara itu Kangin masih membolak-balik buku yang ia gunakan untuk mencari mantra ritualnya. Ia yakin, mantranya tadi sudah benar.   Sementara itu, Yesung sibuk menatap langit hitam berbintang. Ia tak mengerti kenapa sahabat-sahabatnya ini begitu tak percaya padanya. Namun, ia tak pernah menyesal memiliki mereka yang tak pernah percaya pada semua ceritanya.

“Eh, lihat itu!” Yesung menunjuk sebuah cahaya putih dilangit. Ketiga temannya pun ikut melihat ke arah tunjuknya.     

Aku berharap kau turun lagi ke bumi, malaikatku….

—-u—-

RCL seikhlasnya. Chapter 2 🙂

Gamsahamnida~

Author:

Menulis dan mengungkapkan pikiran serta imaji adalah jalan ninjaku.

14 thoughts on “[FF] My Endless Angel – Chapter 1

  1. jhahahahahah bang yeye apa bgt dah percaya peri peri-an gtu, kseringan nonton fairytale ya bang :v
    kanghaehyuk lucu bgt, bwa yeye ke RSJ, eettt dah kejem bgt kalian, dan ritualnya itu lho -_-

  2. Woalahhhh…..ini ceritanya komedi abissss….aku pikir ada adegan nangis2an trus galau2an…ternyata malah lucuuu,.,….siiiip lah

Leave a comment